Pemantauan Udara


Disusun Oleh :


OLEH:
KELOMPOK II

NAMA
NIM
Anggriani
201801002
Astuti
201801006
Bayu Setiawan
201801047
Egiyanto
201801
Jhon Bahar
201801
Nisra
201801031
Nur Indah
201801032
Ratu Angriani S.
201801036

AKADEMI KESEHATAN LINGKUNGAN
MANDALA WALUYA
SULTRA
2019

2.1.      Udara

2.1.1.   Pengertian Udara

Udara adalah atmosfer yang ada di sekeliling bumi yang fungsinya sangat penting untuk kehidupan di muka bumi ini, dalam udara terdapat oksigen (O2) untuk bernafas, karbon dioksida (CO2) untuk proses fotosintesis oleh khlorofil daun, dan ozon (O3) untuk menahan sinar ultraviolet dari matahari (Sunu, 2001).
Udara adalah campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi. Komponen yang konsentrasinya paling bervariasi yaitu uap air dan CO2, kegiatan yang berpotensi menaikkan konsentrasi CO2  seperti pembusukan sampah tanaman, pembakaran atau sekumpulan massa manusia di dalam ruangan terbatas yaitu karena proses pernapasan (Agusnar, 2007).
Menurut Sunu (2001), komposisi udara terutama uap air (H2O) sangat dipengaruhi oleh keadaan suhu udara, tekanan udara, dan lingkungan sekitarnya. Komposisi udara bersih dan kering, pada umumnya sebagai berikut:
a.   Nitrogen             (N2)    =  78,09 % 
b.  Oksigen               (O2)      =  20,94 % 
c.  Argon                   (Ar)    =  0,93 % 
d.  Karbon dioksida  (CO2)   =  0,032 %
2.1.2.   Pengertian Pencemaran  Udara

Pencemaran udara adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi atau komponen lain ke udara oleh kegiatan manusia atau proses alam, sehingga kualitas udara menurun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya (Keputusan Menteri Negara    Kependudukan dan Lingkungan Hidup R.I No. KEP-03/MENKLH/II/1991).
Pencemaran udara adalah bertambahnya bahan atau substrat fisik atau kimia ke dalam lingkungan udara normal yang mencapai sejumlah tertentu, sehingga dapat dideteksi oleh manusia (yang dapat dihitung dan diukur) serta dapat memberikan efek pada  manusia,  binatang,  vegetasi  dan  material  (Chambers  dan  Masters  dalam Mukono, 2006 ).
Pencemaran udara adalah adanya bahan polutan di atmosfer yang dalam konsentrasi tertentu akan mengganggu keseimbangan dinamik atmosfer dan mempunyai efek pada manusia dan lingkungannya (Kumar dalam Mukono, 2008)
Pencemaran udara adalah terdapatnya bahan kontaminan di atmosfer karena ulah manusia (man made) , yang membedakan pencemaran udara alamiah dan pencemaran udara di tempat kerja (occupational air pollution) (Mukono, 2006).
2.1.3.     Penyebab Pencemaran Udara

Menurut  Sunu  (2001),  secara  umum  penyebab  pencemaran  udara  ada  2 macam, yaitu:
a.    Karena faktor internal (secara alamiah) yaitu:

1)   Debu yang beterbangan akibat tiupan angin.
2)  Abu (debu) yang dikeluarkan dari letusan gunung berapi beserta gas-gas vulkanik.
3)   Proses pembusukan sampah organik.


b.    Karena faktor eksternal (akibat ulah manusia) yaitu:

1)   Hasil pembakaran bahan bakar fosil.
2)   Debu/serbuk dari kegiatan industri.
3)   Pemakaian zat-zat kimia yang disemprotkan ke udara.

Asal pencemar udara dapat diterangkan dengan 3 (tiga) proses yaitu atrisi (attrition) penguapan (vaporization) dan pembakaran (combustion), dari ketiga proses tersebut pembakaran merupakan proses yang sangat dominan dalam kemampuannya menimbulkan bahan polutan (Corman dan Masters dalam Mukono, 2008).
Berdasarkan buletin WHO yang dikutip Holzworth & Cormick (1976:690), penentuan pencemar atau tidaknya udara suatu daerah berdasarkan parameter sebagai berikut:
Tabel 2.1. Parameter Pencemar Udara
     No                  Parameter                     Udara bersih               Udara tercemar       

1.
Bahan partikel               0,01-0,02 mg/m3            0,07- 0,7 mg/m3
2.
SO2

0,003-0,02 ppm

0,02- 2 ppm
3.
CO

< 1  ppm

5- 200 ppm
4.
NO2

0,003- 0,02 ppm

0,02 – 0,1 ppm
5.
CO2

310- 330 ppm

350 – 700 ppm
6.
Hidrokarbon

< 1 ppm

1 – 20 ppm
Sumber : Buletin Who dalam Mukono, 2005

2.1.4.  Klasifikasi Bahan Pencemar Udara

Bahan pencemar udara atau polutan dapat dibagi menjadi 2 (dua) bagian:

1.   Polutan Primer

Menurut (Mukono, 2006), polutan primer adalah polutan yang dikeluarkan langsung dari sumber tertentu dan dapat berupa:


a.    Gas, terdiri dari:

1)  Senyawa karbon, yaitu hidrokarbon, hidrokarbon teroksigenasi, dan karbon oksida (CO dan CO2).
2)   Senyawa sulfur, yaitu sulfur oksida.
3)   Senyawa nitrogen, yaitu nitrogen oksida dan amoniak.
4)  Senyawa halogen, yaitu flour, klorin, hidrogen klorida, hidrokarbon terklorinasi dan bromin
Penyebab pencemaran lingkungan di atmosfer biasanya berasal dari sumber kendaraan bermotor dan atau industri. Bahan pencemar yang dikeluarkan antara lain adalah gas NO2, SO2, SO3, ozon, CO, HC, dan partikel debu. Gas NO2, SO2, HC dan CO dapat dihasilkan dari proses pembakaran oleh mesin yang menggunakan bahan bakar yang berasal dari bahan fosil (Mostardi dalam Mukono, 2008).
b.    Partikel

Partikel dalam atmosfer mempunyai karakteristik spesifik, dapat berupa zat padat maupun suspensi aerosol cair. Bahan partikel tersebut dapat berasal dari  proses  kondensasi,  proses  dispersi  (proses  menyemprot  (spraying) maupun proses erosi bahan tertentu. Asap (smoke) seringkali dipakai untuk menunjukkan campuran bahan partikulat (paticulate matter), uap (fumes), gas dan kabut (mist) (Mukono, 2005).
Adapun yang dimagsud dengan:

1)  Asap, adalah partikel karbon yang sangat halus (sering disebut jelaga) dan merupakan hasil dari pembakaran yang tidak sempurna.
2)  Debu, adalah partikel padat yang dihasilkan oleh manusia atau alam dan merupakan hasil proses pemecahan suatu bahan.
3)  Uap, adalah partikel padat yang merupakan hasil dari proses sublimasi, distilasi atau reaksi kimia.
4)   Kabut, adalah partikel cair dari reaksi kimia dan kondensasi uap air.

Berdasarkan ukuran, secara garis besar partikel dapat merupakan suatu:

a. Partikel debu kasar (coarse particle), jika diameternya > 10 mikron. 
b. Partikel debu, uap dan asap, jika diameternya diantara 1 - 10 mikron. c.    Aerosol, jika diameternya < 1 mikron.
2.   Polutan Sekunder

Menurut (Mukono, 2005), polutan sekunder biasanya terjadi karena reaksi dari dua atau lebih bahan kimia di udara, misalnya reaksi foto kimia, sebagai contoh adalah disosiasi NO2  yang menghasilkan NO dan O radikal. Proses kecepatan dan arah reaksinya dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
1)   Konsentarsi relatif dari bahan reaktan
2)   Derajat foto aktivasi
3)   Kondisi iklim
4)   Topografi lokal dan adanya embun

Polutan sekunder ini mempunyai sifat fisik dan sifat kimia yang tidak stabil. Termasuk dalam polutan sekunder ini adalah ozon, Peroxy acyl Nitrat (PAN) dan Formaldehida ( Corman dan Chambers dalam Mukono, 2008).


2.1.5.   Sumber Pencemaran Udara

Sumber  pencemaran  yang  utama  berasal  dari  transportasi,  dimana  hampir

60% dari polutan yang dihasilkan terdiri dari karbon monoksida dan sekitar 15% terdiri dari hidrokarbon. Sumber-sumber polusi lainnya misalnya pembakaran, proses industri, pembuangan limbah dan lainnya (Agusnar, 2007).
Tabel 2.2. Sumber Dan Standar Kesehatan Emisi Gas Buang                                   
  No         Pencemar                         Sumber                                 Keterangan               

1.      Karbon monoksida (CO)
2.      Sulfur   dioksida (SO2)
3.      Nitrogen dioksida (NO2)

Sumber : Bapedal, 2002


Buangan  kendaraan bermotor, proses industri  panas dan fasilitas pembangkit listrik buangan kendaraan bermotor, panas dan fasilitas pembangkit listrik


Standar kesehatan: 10 mg/m³ (9 ppm)
Standar kesehatan: 80 µg/m³ (0,03 ppm)
Standar kesehatan: 100 mg/m³ (0,05 ppm)

Sumber pencemar udara dapat dikelompokkan menjadi sumber bergerak dan sumber tidak bergerak (Sarudji, 2010). 

1.    Sumber Bergerak

Sumber pencemar udara bergerak dapat dikelompokkan menjadi: (a). Kendaraan bermotor, (b). Pesawat terbang (c). Kereta api dan (d). Kapal, (Sarudji, 2010).
Dalam  proses  pembakaran  bahan  bakar  maka  timbullah  gas  buang  dari masing-masing kendaraan, yang diemisikan ke udara ambien sebagai pencemar. Hasil pembakaran tersebut diantaranya adalah CO, CO2, SOx, NOx, Hidrokarbon dan bahan dengan penambahan bahan aditif yang digunakan untuk menyempurnakan proses pembakaran.  Dalam  berbagai  penelitian  menunjukkan  bahwa  pada  sepeda  motor merupakan kendaraan yang berkonstibusi besar dalam pencemaran CO, SO2  dan Pb (Ryadi, 2002).

2.  Sumber Tak Bergerak (Menetap)
Menurut (Sarudji, 2010), yang termasuk sumber pencemar dari bahan bakar bersumber menetap adalah pembakaran beberapa jenis bahan bakar yang diemisikan pada suatu lokasi yang tetap. Bahan bakar tersebut terdiri atas batu bara, minyak bakar, gas alam, dan kayu destilasi minyak. Berbeda dengan sarana transportasi, sumber pencemar udara menetap mengemisikan polutan pada udara ambien tetap, sehingga   dalam   pengelolaan   lingkungannya   perlu   perencanaan   yang   matang, misalnya harus dipertimbangkan keadaan geografi dan tofografi, metereologi, serta rencana tata ruang di wilayah tersebut.
2.1.6.  Jenis- Jenis Pencemaran Udara

Menurut (Harssema dalam Mulia, 2005), pencemaran udara diawali oleh adanya emisi. Emisi merupakan jumlah pollutant (pencemar) yang dikeluarkan ke udara  dalam  satuan  waktu.  Emisi  dapat  disebabkan  oleh  proses  alam  maupun kegiatan  manusia.  Emisi  yang  disebabkan  oleh  proses  alam  disebut  biogenik emissions,   sebagai   contoh   gas   methane   (CH4)   yang   terjadi   sebagai   akibat dekomposisi bahan organik oleh bakteri pengurai. Emisi yang disebabkan kegiatan manusia disebut anthropogenic emissions contohnya adalah emisi udara yang disebabkan oleh kegiatan manusia adalah hasil pembakaran bahan bakar fosil (bensin, solar,  batubara),  pemakaian  zat-  zat  kimia  yang  disemprotkan  ke  udara  dan sebagainya.
Tabel  2.4.  Jenis- Jenis Pencemar Udara                                                                   
  NO                     Pencemaran udara                                       Jenisnya                     
1.      Menurut bentuk                                              a.   Gas

2.      Menurut tempat
b. a.
Partikel
Ruangan (Indoor)

b.
Udara bebas (outdoor)
3.      Gangguan kesehatan
a.
b.
Iritanisia
Aspeksia

c.
d.
Anestesia
Toksis
4.      Susunan kimia
a. b.
Anorganik
Organik
5.      Menurut asalnya
a.
b.
primer
Sekunder
Sumber: Sunu, 2001


Menurut Agusnar (2007), beberapa jenis pencemar udara yang paling sering ditemukan adalah:
1.    Karbon Monoksida (CO)
2.    Nitrogen Dioksida (NO2)
3.    Sulfur Dioksida (SO2)
4.    Hidrokarbon (HC)
5.    Partikel

2.1.7.  Pengaruh Meteorologi terhadap Penyebaran Pencemar

Meteorologi menjelaskan apa yang terjadi bila terdapat pencemar dari suatu sumber emisi kemudian diukur di lain tempat akan menunjukkan hasil yang berbeda sekalipun pada jarak yang sama dari sumber tersebut. Gerakan udara menyebabkan proses pengenceran pencemar (Sarudji, 2010).
Beberapa pengaruh meteorologi dan iklim terhadap penyebaran pencemar antara lain:
1.    Suhu

Pergerakan mendadak lapisan udara dingin ke suatu kawasan industri dapat menimbulkan temperatur inversi. Dengan kata lain udara dingin akan terperangkap dan tidak dapat keluar dari kawasan tersebut dan cenderung menahan   polutan   tetap   berada   di   lapisan   permukaan   bumi   sehingga konsentrasi polutan di kawasan tersebut semakin lama semakin tinggi. Dalam keadaan  tersebut,  permukaan  bumi  tidak  terdapat  pertukaran  udara  sama sekali. Apabila kondisi tersebut berlangsung lama maka kondisi permukaan bumi akan penuh dengan polutan (Sastrawijaya, 2009).


2.    Arah dan Kecepatan Angin

Kecepatan  angin  memengaruhi  distribusi  pencemar,  konsentrasi  pencemar akan  berkurang  jika  angin  kencang  dan  membagikan  pencemar  secara mendatar dan tegak lurus. Kecepatan angin yang kuat akan membawa polutan terbang  kemana-mana  dan  dapat  mencemari  udara  negara  lain  (Chandra,
2006).

3.    Hujan

Air hujan sebagai pelarut umum, cenderung melarutkan bahan polutan yang terdapat dalam udara. Kawasan industri yang menggunakan batubara sebagai sumber energinya berpotensi menjadi sumber pencemar udara di sekitarnya.
4.   Topografi

Permukaan topografi memberikan efek kepada angin lokal, Perubahan suhu udara diatas laut lebih lambat dibanding udara diatas daratan. Perbedaan kecepatan ini mengakibatkan perbedaan suhu udara di diatas permukaan laut dan darat, sehingga tekanan udara pun berbeda. Pada suhu yang lebih tinggi tekanan udaranya menurun atau lebih rendah, sedangkan pada suhu udara yang lebih rendah tekanannya lebih tinggi, hal ini mengakibatkan terjadinya angin laut dan angin darat (Djajadiningrat, 1982).
Variabel yang ternasuk dalam faktor tofografi, antara lain:

a.    Dataran rendah
Di daerah dataran rendah, angin cenderung membawa polutan terbang jauh ke seluruh penjuru dan dapat melewati batas negara dan mencemari udara negara lain.

b.    Pegunungan
Di daerah dataran tinggi sering terjadi inversi dan udara dingin yang terperangkap akan menahan polutan tetap di lapisan permukaan bumi.
c.    Lembah
Di daerah lembah, aliran angin sedikit sekali dan tidak bertiup ke segala penjuru, keadaan ini cenderung menahan polutan yang terdapat di permukaan bumi.
2.1.8.  Efek Bahan Pencemar Udara

Efek- efek pencemaran pada kehidupan manusia dapat dibagi menjadi efek secara umum, efek terhadap lingkungan, efek terhadap ekonomi dan efek terhadap kesehatan (Mukono, 2006).
1.    Efek Bahan Pencemar Udara Secara Umum

Efek umum pencemaran udara terhadap kehidupan manusia, antara lain:

a.    Meningkatkan angka kesakitan dan kematian pada manusia, flora dan fauna.
b.    Memengaruhi kuantitas dan kualitas matahari yang sampai ke permukaan bumi dan memengaruhi proses fotosintesis tumbuhan.
c.    Memengaruhi dan merngubah iklim akibat terjadinya peningkatan kadar CO di udara, kondisi ini cenderung menahan panas tetap berada di lapisan bawah atmosfer sehingga terjadi efek rumah kaca (green house effect).
d.    Pencemaran udara dapat merusak cat, karet, dan bersifat korosif terhadap benda yang terbuat dari logam.
e.    Menyebabkan warna kain dan pakaian menjadi cepat buram dan bernoda.


2.    Efek Bahan Pencemar Udara terhadap Lingkungan
        a.      Efek terhadap Kondisi Fisik Atmosfer
Efek negatif bahan pencemar udara terhadap kondisi fisik atmosfer antara lain    adalah:
1)   Gangguan jarak pandang (visibility).

2)   Memberikan warna tertentu pada atmosfer.

3)   Mempengaruhi struktur dari awan.

4)   Mempengaruhi keasaman air hujan.

5)   Mempercepat pemanasan atmosfer
b.   Efek terhadap Vegetasi
Efek negatif bahan pencemar udara terhadap kehidupan vegetasi antara lain adalah:
1)  Perubahan  morfologi,  figmen  dan  kerusakan  fisiologi  sel  tumbuhan terutama pada daun.
2)   Mempengaruhi pertumbuhan vegetasi.

3)   Mempengaruhi proses reproduksi tanaman.

4)   Mempengaruhi komposisi komunitas tanaman.

5)    Terjadi  akumulasi  bahan  pencemar  pada  vegetasi  tertentu  (misalnya lumut kerak (lichen) dan mempengaruhi kehidupan serta morfologi vegetasi tersebut).
       c.    Efek terhadap Kehidupan Binatang

Efek terhadap kehidupan binatang, baik binatang peliharaan maupun bukan (binatang liar) dapat terjadi karena adanya proses bioakumulasi dan keracunan bahanberbahaya, sebagai contoh adalah terjadinya migrasi burung karena udara ambien terpapar oleh gas SO2.
3.    Efek terhadap Faktor Ekonomi

Efek  negatif  bahan  pencemar  terhadap  faktor  yang  berhubungan  dengan ekonomi antara lain:
a.    Meningkatkan biaya rehabilitasi karena rusaknya bahan (keropos).
b.    Meningkatnya biaya pemeliharaan (pelapisan, pengecatan).
c.   Kerugian     akibat     kontaminasi     bahan     pencemar     udara     pada makanan/minuman oleh bahan beracun (kontaminasi oleh dioksin).
d.   Meningkatnya biaya perawatan/ pengobatan penyakit yang disebabkan oleh pencemaran udara.
4.    Efek Bahan Pencemar terhadap Kesehatan

Menurut Djajadiningrat (1982), efek pencemaran udara terhadap kesehatan manusia dapat terlihat baik secara cepat maupun lambat, seperti berikut:
a.      Efek cepat
Hasil studi epidemiologi menunjukkan bahwa peningkatan mendadak kasus pencemaran udara juga akan meningkatkan kasus kesakitan dan kematian akibat penyakit saluran pernafasan. Pada situasi tertentu, gas CO dapat menyebabkan kematian mendadak karena adanya afinitas gas CO terhadap hemoglobin darah (menjadi  methaemoglobin)  yang  lebih  kuat  dibandingkan  dengan  afinitas  O2 sehingga terjadi kekurangan gas oksigen dalam tubuh.

b.      Efek lambat
Pencemaran udara di duga salah satu penyebab bronkhitis kronis dan kanker paru primer. Penyakit yang disebabkan oleh pencemaran udara antara lain, emfisema paru, black lung disease, asbestosis, silikosis, bisinosis, dan pada anak-anak penyakit asma dan eksema.
2.1.9.  Pencegahan

Pencegahan yang dapat dilakukan terhadap pencemaran udara tergantung dari sifat  dan  sumber  polutannya.  Pencegahan  yang  paling  sederhana  dan  mudah dilakukan yaitu dengan menggunakan masker sebagai pelindung untuk menghindari terjadinya gangguan kesehatan (Sunu, 2001).
Pencegahan disesuaikan dengan kebutuhan dengan memperhatikan pengaruhnya teerhadap kesehatan dan peralatan yang digunakan. Tindakan yang dilakukan untuk mencegah pencemaran udara seperti mengurangi polutan (beban yang  mengakibatkan  polusi)  dengan  peralatan,  mengubah  polutan,  melarutkan polutan, dan mendispersikan (menguraikan) polutan (Sunu, 2001).
Menurut Mulia (2005), untuk mengawasi pencemaran udara, ada beberapa hal yang dapat dilakukan, yaitu :
1.    Mengurangi sumber pencemar, misalnya mempergunakan bahan bakar yang tidak terlalu banyak menghasilakan aldehida, sulfur oksida, karbon oksida dan lainnya, kecuali mesin yang dirancang khusus sehingga tidak terlalu menghasilkan gas sisa. Dalam upaya mengurangi sumber pencemar udara dapat juga di cegah dengan pembakaran sampah yang tidak sembarangan, atau jika  membakar  sesuatu  harus  diusahakan  cukup  tersedia  oksigen  untuk mencegah  dihasilkannya  karbon  monoksida  yang  bersifat  meracun  bagi manusia.
2.    Membersihkan  udara  yang  telah tercemar,  ini  merupakan  salah  satu yang diwajibkan pemerintah kepada perusahaan industri yang menggunakan mesin- mesin, yaitu mengolah terlebih dahulu udara kotor yang dihasilkan sebelum dibuang ke alam.
3.    Dengan   perencanaan   kota.   Perencanaan   kota   yang   baik   akan   dapat mengurangi akibat yang ditimbulkan oleh pencemaran udara terhadap kesehatan,  misalnya  dengan  membangun  daerah  industri  yang  jauh  dari tempat tinggal atau dengan penghijauan kota.
2.2.     Karbon Monoksida (CO)

2.2.1.  Sumber Karbon Monoksida di Udara

Karbon monoksida (CO) adalah suatu gas yang tidak bewarna, tidak berbau dan tidak berasa dengan jumlah sedikit di udara sekitar 0,1 ppm yang berada di lapisan  atmosfer,  oleh  karena  itu  lingkungan  yang  tercemar  oleh  gas  karbon monoksida  (CO)  tidak  dapat  dilihat  oleh  mata.  Gas  karbon  monoksida  (CO) diproduksi oleh proses pembakaran yang tidak sempurna dari bahan – bahan yang mengandung karbon. Gas karbon monoksida (CO) dapat berbentuk cairan pada suhu dibawah 192 °C, gas karbon monoksida (CO) sebagian besar berasal dari pembakaran bahan bakar fosil dengan udara, berupa gas buangan (Wardhana, 2001).
Kendaraan bermotor adalah penghasil karbon monoksida (CO) yang cukup banyak. Karbon monoksida (CO) adalah gas buang yang terbentuk apabila oksidasi dari  CO  menjadi  CO2    tidak  sempurna,  umumnya  hal  ini  disebabkan  karena kekurangan oksigen. Menurut perhitungan stochiometrik, yaitu seandainya proses pembakaran terjadi secara sempurna maka dalam 1 kg bensin diperlukan 15 kg udara untuk pembakaran dalam silinder kendaraan bermotor, bila hal ini terjadi maka tidak akan terbentuk CO, tetapi pada kenyataannya hal demikian tak pernah terjadi, dan karenanya terbentuklah CO. Gas CO yang dihasilkan oleh kendaraan bermesin bensin (premium) adalah sekitar 1 % pada waktu berjalan dan sekitar 7 % pada waktu tidak berjalan. Sementara mesin disel menghasilkan CO sebesar 0,2 % pada saat berjalan dan sekitar 4 % pada waktu berhenti (Siswanto dalam Sarudji, 2010).
Menurut Wardhana (2001), kota besar yang padat lalu lintasnya akan banyak menghasilkan CO sekitar 10 15 ppm sehingga kadar CO dalam udara relatif tinggi dibandingkan dengan daerah pedesaan. Selain itu gas CO dapat juga terbentuk walaupun jumlahnya relatif sedikit, seperti gas hasil kegiatan gunung berapi, proses biologi dan lainnya.
Menurut Agusnar (2007), karbon monoksida yang terdapat di alam terbentuk melalui proses berikut ini:
a.    Pembakaran   tidak   lengkap   terhadap   karbon   atau   komponen   yang mengandung karbon.
b.    Reaksi antara karbon dioksida dan komponen yang mengandung karbon pada suhu tinggi.
c.   Pada suhu tinggi, karbon dioksida dapat terurai kembali menjadi karbon monoksida dan oksigen.
Semakin tinggi suhu hasil pembakaran maka jumlah gas CO yang terdisosiasi menjadi CO dan O akan semakin banyak, suhu tinggi merupakan pemicu terjadinya gas CO. Sumber pencemaran gas CO terutama berasal dari pembakaran bahan bakar fosil (minyak maupun batubara) pada mesin- mesin penggerak transportasi. Penyebaran gas CO di udara tergantung pada keadaan lingkungan, untuk daerah perkotaan yang banyak kegiatan industrinya dan lalu lintasnya padat, udaranya sudah banyak tercemar oleh gas CO, sedangkan daerah pinggiran kota atau desa, cemaran CO di udara relatif sedikit.
Ternyata tanah yang masih terbuka dimana belum ada bangunan di atasnya, dapat membantu penyerapan gas CO, karena mikroorganisme yang ada di dalam tanah mampu menyerap gas CO yang terdapat di udara. Angin dapat mengurangi konsentrasi gas CO pada suatu tempat karena dipindahkan ke tempat lain (Mulyanto, 2007).

2.2.2. Pengaruh Karbon Monoksida Terhadap Manusia

Pengaruh beracun gas CO terhadap tubuh manusia terutama disebabkan oleh reaksi antara CO dengan hemoglobin (Hb) di dalam darah. Hemoglobin di dalam darah secara normal berfungsi dalam sistem transpor dalam membawa oksigen dalam bentuk oksihemoglobin (O2Hb) dari paru-paru ke sel-sel tubuh dan membawa CO dalam bentuk CO2Hb dari sel-sel tubuh ke dalam paru-paru. Adanya CO, hemoglobin dapat membentuk karboksihemoglobin, jika reaksi tersebut terjadi maka kemampuan darah untuk mentransport oksigen menjadi berkurang. Afinitas CO terhadap hemoglobin adalah 200 kali lebih tinggi daripada afinitas oksigen terhadap hemoglobin, akibatnya jika CO dan O2  terdapat bersama- sama di udara akan terbentuk COHb dalam jumlah jauh lebih banyak dari pada O2Hb (Agusnar, 2007).
Faktor  penting  yang  menentukan  pengaruh  CO  terhadap  tubuh  manusia adalah konsentrasi COHb yang terdapat dalam darah, dimana semakin tinggi persentase hemoglobin yang terikat dalam bentuk COHb, semakin parah pengaruhnya terhadap kesehatan manusia. Konsentrasi COHb di dalam darah dipengaruhi secara langsung oleh konsentrasi CO dari udara yang terhisap (Agusnar, 2007).
Kadar  20  bpj  CO  dalam  udara  dapat  menyebabkan  manusia  sakit,  dalam waktu 30 menit 1300 ppm dapat menyebabkan kematian. Menghisap gas yang keluar dari knalpot mobil di ruang garasi tertutup lebih banyak menyebabkan kematian (Sastrawijaya, 2009). Keadaan normal konsentrasi CO di dalam darah berkisar antara 0,2% sampai 1,0% dan rata-rata sekitar 0,5%. Kadar CO didalam darah dapat seimbang selama kadar CO di atmosfer tidak meningkat dan pernafasan tetap konstan (Mukono, 2008).
Gejala-gejala keracunan CO antara lain pusing, rasa tidak enak pada mata, telinga berdengung, mual, muntah detak jantung meningkat, rasa tertekan di dada, kesukaran bernafas, kelemahan otot- otot, tidak sadar dan bisa meninggal dunia (Mukono, 2008).
Tabel 2.5. Pengaruh Konsentrasi COHb di dalam Darah Terhadap Kesehatan

NO
Konsentrasi COHb di dalam darah
Pengaruhnya terhadap kesehatan
1.
< 1.0
Tidak berpengaruh
2.
1.0 – 2.0
Penampilan agak tidak normal
3.
2.0 – 5.0
Pengaruh  terhadap  sistem  syaraf  sentral,  reaksi


panca  indera  tidak  normal,  benda  terlihat  agak


kabur
4.
≥ 5.0
Perubahan fungsi jantung dan pulmonary
5.
10.0 – 80.0
Kepala pening, mual, berkunang kunang, pingsan,


kesukaran bernafas, kematian.
Sumber : Agusnar, 2007


2.3.     Nitrogen Dioksida (NO2)

2.3.1.  Sumber Nitrogen Dioksida di Udara

Nitrogen oksida sering disebut dengan NOx, karena oksida nitrogen mempunyai 2 macam bentuk yang sifatnya berbeda, yaitu gas NO2 dan gas NO. Sifat gas NO2 adalah berwarna dan berbau, sedangkan gas NO tidak bewarna dan berbau. Warna gas NO2 adalah merah kecoklatan dan berbau tajam menyengat hidung. Kadar NOx  di udara daerah perkotaan yang berpenduduk padat lebih tinggi dari daerah pedesaan yang berpenduduk sedikit, hal ini disebabkan karena berbagai macam kegiatan yang menunjang kehidupan manusia akan menambah kadar NOx  di udara, seperti transportasi, generator pembangkit listrik, pembuangan sampah dan lain-lain (Wardhana, 2001).
Ada beberapa macam oksida nitrogen seperti NO, NO2, dan N2O. N2O juga biasa terdapat di udara, tetapi tidak berbahaya. Kontributor terbanyak dari polutan NOx  adalah kendaraan bermotor dan dari sumber menetap yang membakar minyak, oleh karena itu pencemar ini terkonsentrasi pada daerah urban dimana kendaraan bermotor, industri dan berbagai macam pabrik banyak beroperasi. Nitrogen di udara terdapat 78% (Sastrawijaya, 2009).
Konsentrasi nitrogen oksida (NOx) di udara sangat dipengaruhi oleh sinar matahari dan aktivitas kendaraan bermotor, pencemaran nitrogen oksida (NOx) dapat berupa asam nitrat yang kemudian diendapkan sebagai garam- garam nitrat didalam air hujan atau debu. Kecepatan emisi NOx  dapat diketahui bahwa waktu tinggal nitrogen monoksida (NO) biasanya lebih lama dibandingkan nitrogen dioksida (NO2).

Dari waktu tinggal tersebut dapat   diketahui bahwa proses-proses alam termasuk reaksi fotokimia yang mengakibatkan hilangnya NOx (Fardiaz, 2010).
Untuk mengetahui perubahan konsentrasi NOx  di udara berlangsung sebagai

berikut:

1.    Konsentarsi NO dan NO2 tetap stabil sebelum matahari terbit.

2.    Konsentrasi  NO  mulai  meningkat  pada  pagi  hari  bersamaan  dengan aktivitas manusia, terutama kendaraan bermotor.
3.    Pada siang hari, sinar matahari memancarkan sinar ultraviolet sehingga konsentrasi NO2  meningkat karena perubahan NO primer menjadi NO2 sekunder.
4.    Dengan   menurunnya   konsentrasi   NO   di   bawah   0,1   ppm,   maka konsentrasi ozon (O3) meningkat.
5.    Konsentrasi NO mulai meningkat kembali apabila intensitas energi sinar
matahari cenderung menurun pada sore hari.
6.     O3   yang  terkumpul  sepanjang  hari  akan  bereaksi  dengan  NO  yang berakibat terjadinya kenaikan konsentrasi NO2 dan penurunan konsentrasi O3.
Konsentrasi NO di udara daerah perkotaan biasanya 10 100 kali lebih tinggi daripada di udara daerah pedesaan. Konsentrasi NOx di udara daerah perkotaan dapat mencapai 0,5 ppm. Sumber utama polutan NO adalah dari kegiatan manusia seperti pembakaran yang disebabkan oleh kendaraan, produksi energi dan pembuangan sampah (Agusnar, 2007).


2.3.2.  Pengaruh Nitrogen Dioksida terhadap Manusia

Kedua bentuk nitrogen oksida, yaitu NO dan NO2   sangat berbahaya terhadap manusia.  Penilaian  aktivitas  mortalitas  dua  komponen  menunjukkan  bahwa  NO2 empat  kali  lebih  beracun  daripada  NO.  Selama  ini  belum  pernah  dilaporkan terjadinya keracunan NO yang mengakibatkan kematian. Pada konsentrasi yang normal ditemukan di atmosfer, NO tidak mengakibatkan iritasi dan berbahaya, tetapi pada konsentrasi udara ambien yang normal NO dapat mengalami oksidasi menjadi NO2 yang lebih berbahaya (Chandra, 2006). Nitrogen  oksida  (NO)  mempunyai  kemampuan  membatasi  kadar oksigen dalam darah dan juga mudah bereaksi dengan oksigen membentuk NO2. Apabila NO2 bertemu dengan uap air di udara atau dalam tubuh manusia maka akan terbentuk HNO3 yang dapat merusak tubuh (Sastrawijaya, 2009). Menurut Mukono (2005), apabila udara tercemar oleh gas NO2  dan bereaksi dengan uap air maka akan menjadi korosif dan memberikan efek terhadap mata, paru dan kulit.
a.   Terhadap alat pernafasan

Iritasi terhadap paru akan menyebabkan edema paru setelah terpapar oleh gas NO2 selama 48 – 72 jam, apabila terpapar dengan dosis yang meningkat akan menjadi fatal.
b.   Terhadap mata

Iritasi mata dapat terjadi apabila NO2 berupa uap yang pekat


c.   Terhadap kulit

Iritasi terhadap kulit dapat terjadi apabila kulit kontak dengan uap air nitrogen akan menyebabkan luka bakar.
d.   Efek lain (terhadap darah)

Kadar nitrogen pada konsentrasi tertentu dapat bereaksi dengan darah.

2.4.      Tanaman Peneduh Jalan

Tanaman peneduh jalan adalah jenis tanaman berbentuk pohon dengan percabangan yang tingginya lebih dari 2 meter, mempunyai percabangan melebar kesamping seperti pohon rindang yang dapat memberikan keteduhan, penahan silau cahaya matahari dan penyerap polutan-polutan udara (Agnesia, 2006).
Beberapa  tanaman  peneduh  jalan  memiliki  morfologi  yang  berbeda-beda sesuai dengan fungsi tanaman peneduh jalan tersebut. Adapun bagian-bagian penting pada tanaman peneduh jalan secara umum yaitu terdiri dari:
1.        Batang

Batang  merupakan  bagian  tanaman  yang  sangat  penting,  dan  mengingat tempat serta kedudukan batang bagi tubuh tanaman, batang dapat disamakan dengan tubuh tanaman
2.        Akar

Akar adalah bagian pokok yang nomor tiga (disamping batang dan daun), bagi tumbuhan akar berfungsi untuk menyerap unsur hara/mineral dari dalam tanah yang berguna untuk pertumbuhan tanaman.

3.         Daun

Daun merupakan suatu bagian tumbuhan yang paling rentan terhadap sumber pencemaran terutama di daeah perkotaan akibat kendaraan bermotor. Daun peneduh jalan biasanya berdaun majemuk karena semakin banyak helaian daun pada suatu tangkai maka semakin baik fungsi dari suatu tanaman peneduh jalan tersebut. Luas permukaan daun sangat berpengaruh terhadap fungsi daun sebagai penyerap karbondioksida dan polutan-polutan udara lainnya.
2.4.1.   Fungsi Tanaman Peneduh Jalan

Menurut (Anggraini, 1994), fungsi tanaman peneduh jalan adalah sebagai berikut:
1.    Menciftakan kenyamanan
Tanaman  peneduh  jalan  yang  rindang  yang  berada  di  tengah  maupun  di pinggir  jalan  raya  memberikan  suasana  sejuk  dan  teduh,  hal  ini  tentu  saja memberikan kenyamanan pengendara maupun pejalan kaki yang melintasi jalan raya tersebut
2.    Memberikan nilai estetika
Tanaman yang rindang dan tajuk yang teratur memberikan nilai estetika pada jalan raya yang ditumbuhinya, hal ini secara tidak langsung dapat memberikan nilai tambah bagi jalan raya tersebut.
3.    Menjerap dan menyerap polutan-polutan udara
4.    Menjaga kelembaban dan menurunkan suhu udara, menguapkan ¾ air hujan ke atmosfir.

5.    Meredam kebisingan
Tanaman peneduh jalan juga dapat meredam kebisingan yang diakibatkan oleh   kendaraan   bermotor.   Bentuk   konopi   tajuk   pohon   berpengaruh   pada efektifitasnya dalam meredam kebisingan.
2.4.2.   Syarat-Syarat Tanaman Peneduh Jalan

Secara umum, syarat-syarat yang perlu diperhatikan dalam memilih pohon untuk tanaman peneduh jalan antara lain:
a)    Mempunyai perakaran yang dalam, kuat, tidak  mudah tumbang dan tidak mudah menggugurkan ranting dan daun
b)    Mampu tumbuh pada lingkungan yang marjinal (tanah tidak subur, udara dan air tercemar).
c)   Pertumbuhan cepat dan tahan terhadap resiko. 
d)   Tidak memerlukan perawatan yang intensif
e)   Berumur panjang

f)    Tahan terhadap kekurangan air

g)   Dahan dan ranting tidak mudah patah

h)   Dapat menghasilkan oksigen dan meningkatkan kualitas lingkungan kota

2.4.3.   Jenis-jenis Tumbuhan yang dapat Menyerap Polutan di Udara

1.    Lidah Mertua (Sansevieria)

Lidah Mertua merupakan tanaman antipolutan dan   penangkal radiasi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa lidah mertua (Sanseveir) mampu menyerap 107  jenis  racun. Termasuk  racun-racun  yang  terkandung  dalam  polusi  udara (karbonmonoksida),  racun  rokok  (nikotin),  bahkan  radiasi  nuklir.  Tanaman  ini mampu hidup pada rentang suhu dan cahaya yang luas, sangat resisten terhadap gas udara yang berbahaya (polutan), dan mampu menyerap polutan di daerah padat lalu lintas.
Satu tanaman lidah mertua   dewasa berdaun 4/5 helai dapat menyegarkan kembali udara dalam ruangan seluas 20 m persegi, karena dalam Sansevieria mengandung bahan aktif pregnane glikosid, yang berfungsi untuk mereduksi polutan menjadi asam organik, gula dan asam amino, dengan demikian unsur polutan tersebut jadi tidak berbahaya lagi bagi manusia.
2.    Mahoni (Swettiana mahagoni)

Tanaman mahoni termasuk jenis tanaman pohon tinggi, percabangannya banyak, tingginya dapat mencapai kira-kira 10 – 30 m. Menurut laboratorium, pohon mahoni termasuk dalam kriteria pohon yang mampu mengurangi polusi udara sekitar 47% 69%. Pohon ini juga dapat menyerap polutan timbal yang di keluarkan oleh kendaraan bermotor yang dapat menyebabkan penyakit bagi manusia. Daun-daunnya menyerap  polutan-polutan  dan  melepaskan  oksigen  ke  udara.  Selain  itu,  pohon mahoni termasuk pohon pengikat air karena akarnya dapat mengikat air dan menjadi cadangan air bagi lingkungan sekitar.
3.    Asam Jawa (Tamarindus indica)

Kayu teras asam jawa berwarna coklat kemerahan, berat, keras dan bertekstur halus, sehingga kerap digunakan untuk membuat mebel, kerajinan, ukir-ukiran dan patung. Biji asam jawa juga kerap digunakan dalam permainan congklak atau dakon. Pohon asam biasa ditanam di tepi jalan sebagai peneduh, terutama terkenal di sepanjang jalan raya.
4.    Pohon Trembesia (Samanea saman)

Pohon trembesia merupakan pohon yang mampu menyerap 28,5 ton karbondioksida  per  tahun  dalam  skala  yang  besar,  sehingga  sangat  dianjurkan ditanam sebagai pohon penghijauan. Selain penyerap polusi, pohon trembesia mampu menyerap air tanah sehingga saat musim hujan tiba wilayah sekitar pohon trembesia tidak tergenang air. Pohon ini membutuhkan lahan yang luas.
5.    Palem kuning (Chrysalidocarpus lutescens)

Palem kuning adalah Jenis pinang-pinangan yang tumbuh sampai diatas 5 m. Mampu menyerap racun dengan banyak dan paling tinggi diantara tanaman lainnya. Tanaman kecil cocok diletakkan di dalam rumah dan tanaman besar di pinggir jalan sangat  efektif  untuk  menyerap  gas  beracun  dari  asap  kendaraan  maupun  pabrik. Palem  kuning  setinggi  1,8  m  dapat  menghasilkan  uap  air  1  liter/24  jam  dan menghisap zat beracun paling banyak jenis dan volumenya. Kemampuan menyerap Trikloroetilen-nya 16,520 microgram, sedangkan penyerapan benzena 34,073 microgram, dan Formaldehida 76,707 microgram per 24 jam.
6.    Daun Puring (Codiaeum variegatum)

Pohon  puring  merupakan  tanaman  yang  memiliki  daun  yang  paling  baik dalam menyerap unsur plumbum (Pb/timah hitam/timbal) yang berasal dari sisa pembakaran bahan bakar kendaraan bermotor yang terdapat   bertebaran di udara terbuka (2.05 mg/lt).
7.    Angsana (Pterocarpus indicus)

Angsana (Pterocarpus indicus) termasuk family papilionaceae berasal dari Malaysia. Tanaman Angsana (Pterocarpus indicus) merupakan jenis tanaman pohon tinggi,  ketinggiannya  bisa  mencapai  10   40  m.  Ujung  tanaman  ini  berambut, daunnya majemuk dan menyirip ganjil. Anak daun berjumlah 5-11 daun, daun berbentuk bulat dan memanjang., ujungn daun meruncing, tumpul mengkilat. Panjang daun tanaman angsana 4 10 cm dengan lebar 2,5-5 cm, anak tangkai panjangnya lebih kurang 0,5-1,5 cm. Bunganya berkelamin ganda, berwarna kuning cerah dan baunya sangat harum sehingga sering digunakan sebagai tanaman peneduh jalan. Angsana mempunyai kemampuan yang lebih baik dalam menyerap polutan udara dibandingkan dengan pohon lain.
2.5.     Kendaraan Bermotor

2.5.1.  Terbentuknya Gas Buang Kendaraan Bermotor

Menurut Sarudji (2010), kendaraan bermotor seperti bus, truk, jeep, sedan, sepeda motor dan sejenisnya menggunakan sumber energi dari bensin atau minyak diesel. Kendaraan bermotor yang menggunakan mesin empat langkah menghasilkan gas buang dengan mekanisme berikut:
Bensin dicampur dengan udara dalam karburator, kemudian dipompakan ke dalam silinder pada langkah pertama. Uap bensin yang bercampur (Oksigen) dari udara tersebut dimanfaatkan dalm ruang silinder pada langkah kedua, dan dibakar oleh percik api yang dihasilkan oleh busi. Pemuaian gas karena pembakaran (berupa letupan) akan mendorong piston pada langkah ketiga, yaitu langkah yang menghasilkan tenaga untuk menggerakkan mesin kendaraan. Hasil pembakaran ini disamping energi, juga gas buang yang didorong keluar melalui muffer  pada langkah keempat. Gas buang tersebut terdiri atas NOx, SOx, CO, Pb atau Hidrokarbon. Pb adalah suatu bahan aditif yang ditambahkna pada bensin sebagai bahan anti knocking, Pb yang ditambahkan pada bensin berupa tetraethyllead (TEL) dengan formula Pb (C2H5)4 (Sarudji, 2010).
Minyak diesel digunakan oleh mesin yang menggunakan metode injeksi minyak bakar ke dalam silinder. Hasil gas buang banyak mengandung Hidrikarbon. Pada mobil gas buang diemisikan ke uadara terutama melalui klanpot (muffer) , mesin (crankcase blowby)   dan dari tutup bensin. Hampir 100 % CO, Nox dan Pb serta  sekitar  60  %  Hidrokarbon  diemisikan  dari  knalpot,  40  %  Hidrokarbon diemisikan dari lubang pengisian bensin dan crankcase   (Perkins dalam Sarudji, 2010).

2.5.2.  Pengaruh Kendaran Bermotor Dalam Pencemaran Udara

Kendaraan bermotor merupakan sumber pencemaran yang sangat besar andilnya, antara lain karena dapat membebaskan hidrokarbon, oksida nitrogen, oksida sulfur dan lain-lain (termasuk juga Pb). Hidrokarbon dan nitrogen oksida di udara akan membentuk ozon maupun bereaksi dengan ozon itu sendiri melalui proses photochemical process (Ryadi, 2002).
Anonimus (2012), faktor- faktor yang menyebabkan dominannya pengaruh sektor transportasi terhadap pencemaran udara perkotaan di Indonesia antara lain:
1.      Perkembangan jumlah kendaraan yang cepat (eksponensial)
2.      Tidak seimbangnya prasarana transportasi dengan jumlah kendaraan yang ada
3.     Pola  lalu  lintas  perkotaan  yang  berorientasi  memusat,  akibat  terpusatnya kegiatan-kegiatan perekonomian dan perkantoran di pusat kota.
4.    Masalah turunan akibat pelaksanaan kebijakan pengembangan kota yang ada, misalnya daerah pemukiman penduduk yang semakin menjauhi pusat kota
5.      Kesamaan waktu aliran lalu lintas

6.      Jenis, umur dan karakteristik kendaraan bermotor

7.      Faktor perawatan kendaraan

8.      Jenis bahan bakar yang digunakan

9.      Jenis permukaan jalan

10.    Siklus dan pola mengemudi (driving pattern)

Dalam penyelidikan di Amerika sumber primer dari hidrokarbon dan nitrogen oksida adalah utama kendaraan bermotor dengan bahan bakar bensin maupun solar. Penyelidikan R.W Hurn pada tahun 1956-1966 di Amerika memperoleh data bahwa rata-rata setiap kendaraan bermotor yang laju dengan kecepatan 40 km/jam menghasilkan:
a.    1400 ppm hidrokarbon

b.    850 ppm oksida nitrogen

c.    310.000 ppm (3,1 %) karbon monoksida

2.5.3.   Pengendalian Sumber Pencemaran Kendaraan bermotor

Menurut Ryadi (2002), pengendalian sumber pencemaran yang berasal dari kendaraan bermotor antara lain dapat dilakukan melalui perencanaan design dan perbaikan tekhnis terhadap proses mesinnya. Sumber pencemaran dari kendaraan bermotor antara lain:
a.   Sekitar  58  %  berupa  pencemaran  organik  terhadap  seluruh  buangan pencemaran kendaraan bermotor (USA, 1985).
b.   Bila  dihitung  dari  setiap  kendaraan  bermotor,  maka  bagian-bagian kendaraan yang memberikan pencemaran dapat dikemukakan sebagai berikut:
1) Bagian  knalpot  belakang  (tailpipe)  memberikan  emisi  50-60%  dari keseluruhan bahan buangan organik kendaraan bermotor.
2) Evaporasi melalui karburator dan tangki bensinnya memberikan emisi sejumlah 15-25%.
Solusi untuk mengatasi polusi udara, antara lain sebagai berikut:

a.    Pemberian   izin   bagi   angkutan   umum   kecil   hendaknya   lebih   dibatasi, sementara   kendaraan   angkutan   massal,   seperti   bus   dan   kereta   api, diperbanyak.
b.    Pembatasan   usia    kendaraan,    terutama    bagi    angkutan   umum,    perlu dipertimbangkan sebagai salah satu solusi. Sebab, semakin tua kendaraan, terutama  yang  kurang  terawat,  semakin  besar  potensi  untuk  memberi kontribusi polutan udara.
c.    Potensi terbesar polusi oleh kendaraan bermotor adalah kemacetan lalu lintas dan tanjakan. Karena itu, pengaturan lalu lintas, rambu-rambu, dan tindakan tegas terhadap pelanggaran berkendaraan dapat membantu mengatasi kemacetan lalu lintas dan mengurangi polusi udara.
d.    Pemberian penghambat laju kendaraan di permukiman atau gang-gang yang sering diistilahkan dengan "polisi tidur" justru merupakan biang polusi. Kendaraan bermotor akan memperlambat laju.
 e.    Uji  emisi  harus  dilakukan  secara  berkala  pada  kendaraan  umum  maupun pribadi meskipun secara uji petik (spot check). Perlu dipikirkan dan dipertimbangkan adanya kewenangan tambahan bagi polisi lalu lintas untuk melakukan uji emisi di samping memeriksa surat-surat dan kelengkapan kendaraan yang lain.
f.     Penanaman   pohon-pohon   yang   berdaun   lebar   di   pinggir-pinggir   jalan, terutama yang lalu lintasnya padat serta di sudut-sudut kota juga dapat mengurangi polusi udara

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Pemantauan Udara"

Post a Comment