Pencemaran Tanah
DI SUSUN OLEH KELOMPOK IV :
ERFIANI (201801011)
HASFARIZAL (201801013)
IDUL NURSADAP (201801015)
MUHAMAD ASRIANTO (201801025)
NUR ASNI (201801035)
RINITA (201801038)
SUTRIA NINGSIH (201801041)
AKADEMI KESEHATAN LINGKUNGAN
MANADALA WALUYA
KENDARI
2019
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang senantiasa melimpahkan rahmat,
karunia serta hidayah-Nya, sehingga penulisan makalah ini yang berjudul “Tanah
Dan Pencemaran Tanah” dalam mata kuliah Sanitasi Indsutri Pesisir dapat
terselesaikan tepat pada waktunya.
Dalam
penyusunan makalah ini, penulis banyak mengalami hambatan dan kesulitan, tetapi
dengan adanya masukan dan bantuan dari rekan-rekan, penulis dapat mengatasinya
seiring dengan penyelesaian makalah ini.
Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata kesempurnaan, oleh karena
keterbatasan penulis baik dalam hal menyusun makalah maupun bahan yang akan
penulis tulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun dari
pembaca makalah ini sangat penuis harapkan, demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis dan pembaca makalah
ini.
Kendari,
12 Oktober 2019
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR...................................................................................
i
DAFTAR
ISI..................................................................................................
ii
BAB
I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang........................................................................................
1
1.2.
Rumusan Masalah....................................................................................
2
1.3.
Tujuan......................................................................................................
2
BAB
II PEMBAHASAN
2.1.
Pengertian Tanah.....................................................................................
3
2.2.
Klasifikasi Tanah.....................................................................................
6
2.3.
Sumber Pencemaran Tanah......................................................................
12
2.4.
Dampak pencemaran tanah......................................................................
14
2.5.
Pengendalian...........................................................................................
15
BAB
III PENUTUP
3.1.
Kesimpulan..............................................................................................
17
3.2.
Saran........................................................................................................
18
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam
kehidupan sehari-hari tanah tidak terlepas dari pandangan, sentuhan dan
perhatian kita. Kita melihatnya, menginjaknya,menggunakannya dan
memperhatikannya. Kita bergantung dari tanah dan sebaliknya tanah-tanah yang
baik dan subur tergantung dari cara kita menggunakannya.
Tanah
merupakan salah satu komponen abiotik pada permukaan bumi yang sangat penting
bagi makhluk hidup. Tanah menjadi sangat penting karena tanah menyediakan
unsur hara, seperti mineral, bahan organik, air dan udara bagi tumbuhan untuk
proses fotosintesis. Suatu tanah tersusun atas partikel-partikel tanah itu
sendiri. Perbandingan partikel-partikel tanah itu disebut dengan tekstur tanah.
Tekstur tanah lalu dibagi kembali menjadi 3, yaitu pasir, debu dan liat.
Tekstur-tekstur tanah tersebut memiliki ciri-ciri yang berbeda begitu juga
dengan tingkat kesuburannya. Dengan mengetahui telstur tanah, maka kita akan
menyadari bahwa sebenarnya tanah memiliki keragaman yang sangat penting bagi
kehidupan saat ini dan masa yang akan datang.
Ciri-ciri
alam sering kurang dimengerti. Bagi kita tanah merupakan salah satu ciri
tersebut yang ditemukan di mana saja dan kelihatannya selalu dekat dengan kita.
Oleh karena hal itu maka kita tidak berusaha menjawab pertanyaan apa itu
tanah,bagaimana struktur dan teksturnya serta apa saja komponen penyusunnya.
Mungkin kita tidak menyadari bahwa sebetulnya tanah di suatu tempat berbeda
dengan tanah di tempat lain. Dan barangkali sebagian besar dari kita tidak
mengetahui, apa yang menyebabkan adanya perbedaan tersebut.
1.2.Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian dari tanah ?
2. Bagaimana klasifikasi dari tanah ?
3. Bagaimana sumber pencemaran dari
tanah ?
4. Bagaimana dampak dari pencemaran
tanah ?
5. Bagaimana pengendalian pencemaran tanah secara fisika,
kimi dan biologi ?
1.3. Tujuan
1. Agar mahasiswa mengetahui pengertian
dari tanah.
2. Agar mahasiswa mengetahui
klasifikasi dari tanah.
3. Agar mahasiswa mengetahui sumber
pencemaran tanah.
4. Agar mahasiswa mengetahui dampak
pencemaran tanah
5. Agar mahasiswa mengetahui
pengendalian pencemaran tanah secara fisika, kimia, dan biologi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Pengertian Tanah
Tanah adalah bagian
yang terdapat pada kerak bumi yang tersusun atas mineral dan bahan organik.
Tanah merupakan salah satu penunjang yang membantu kehidupan semua mahluk hidup
yang ada di bumi. Tanah sangat mendukung terhadap kehidupan tanaman yang
menyediakan hara dan air di bumi. selain itu, Tanah juga merupakan tempat hidup
berbagai mikroorganisme yang ada di bumi dan juga merupakan tempat berpijak
bagi sebagian mahluk hidup yang ada di darat. Dari segi klimatologi , tanah
memegang peranan penting sebagai penyimpan air dan mencegah terjadinya erosi.
Meskipun tanah sendiri juga bisa tererosi.
Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh & berkembangnya perakaran penopang tegak tumbuhnya tanaman dan menyuplai kebutuhan air dan udara; secara kimiawi berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi (senyawa organik dan anorganik sederhana dan unsur-unsur esensial seperti: N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl); dan secara biologi berfungsi sebagai habitat biota (organisme) yang berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif (pemacu tumbuh, proteksi) bagi tanaman, yang ketiganya secara integral mampu menunjang produktivitas tanah untuk menghasilkan biomass dan produksi baik tanaman pangan, tanaman obat-obatan, industriperkebunan,maupunkehutanan.
Tanah terbentuk dari proses pelapukan batuan yang dibantu oleh organisme membentuk tekstur unik yang menutupi permukaan bumi. proses pembentukan tanah ini akan membentuk lapisan-lapisan yang menutupi seluruh permukaan bumi. lapisan-lapisan yang terbentuk memiliki tekstur yang berbeda dan setiap lapisan juka akan mencerminkan proses-proses fisika, kimia dan biologi yang telah terjadi selama proses pembentukannya. Hans Jenny (1899-1992), seorang pakar tanah asal Swiss yang bekerja di Amerika Serikat, menyebutkan bahwa tanah terbentuk dari bahan induk yang telah mengalami modifikasi/pelapukan akibat dinamika faktor iklim, organisme (termasuk manusia), dan relief permukaan bumi (topografi) seiring dengan berjalannya waktu. Berdasarkan dinamika kelima faktor tersebut terbentuklah berbagai jenis tanah dan dapat dilakukan klasifikasi tanah.
Struktur tanah merupakan karakteristik fisik tanah yang terbentuk dari komposisi antara agregat (butir) tanah dan ruang antaragregat. Tanah tersusun dari tiga fase: fase padatan, fase cair, dan fase gas. Fasa cair dan gas mengisi ruang antaragregat. Struktur tanah tergantung dari imbangan ketiga faktor penyusun ini. Ruang antaragregat disebut sebagai porus (jamak pori). Struktur tanah baik bagi perakaran apabila pori berukuran besar (makropori) terisi udara dan pori berukuran kecil (mikropori) terisi air. Tanah yang gembur (sarang) memiliki agregat yang cukup besar dengan makropori dan mikropori yang seimbang. Tanah menjadi semakin liat apabila berlebihan lempung sehingga kekurangan makropori.
Tubuh tanah terbentuk dari campuran bahan organik dan mineral. Tanah non-organik atau tanah mineral terbentuk dari batuan sehingga ia mengandung mineral. Sebaliknya, tanah organik terbentuk dari pemadatan terhadap bahan organik yang terdegradasi.
Tanah organik mempunyai warna yang gelap (hitam) dan merupakan pembentuk utama dari lahan gambut. Tanah organik ini akan terus mengalami proses panjang selama ratusan tahun untuk menjadi batu bara. Tanah organik cenderung memiliki keasaman tinggi karena mengandung beberapa asam organik hasil dekomposisi berbagai bahan organik. Tanah ini biasanya memiliki kandungan mineral yang rendah. Pasokan mineral yang bisa didapat oleh tanah organilk yaitu berasal dari aliran air atau hasil dekomposisi jaringan makhluk hidup. Tanah organik dapat ditanami karena memiliki sifat fisik gembur sehingga mampu menyimpan cukup air. Namun karena memiliki keasaman yang tinggi sebagian besar tanaman yang menggunakan media tanah ini tidak bisa tumbuh secara maksimal.
Tanah non-organik didominasi oleh mineral. Mineral ini membentuk partikel pembentuk tanah. Tekstur tanah demikian ditentukan oleh komposisi tiga partikel pembentuk tanah: pasir, lanau (debu),dan lempung.
Dari segi warna, tanah memiliki variasai warna yang sangat beragam mulai dari hitam kelam, coklat, merah bata, jingga, kuning, hingga putih. Selain itu tanah juga memiliki perbedaan warna yang sangat kontras pada setiap lapisannya sebagai akibat proses kimia. Tanah yang memiliki warna yang gelap merupakan ciri yang biasanya menandakan bahwa tanah tersebut mengandung bahan organik yang sangan tinggi. Warna gelap juga dapat disebabkan oleh kehadiran mangan,belerang, dan nitrogen.Warna tanah kemerahan atau kekuningan biasanya disebabkan kandungan besi teroksidasi yang tinggi; warna yang berbeda terjadi karena pengaruh kondisi proses kimia pembentukannya. Suasana aerobik/oksidatif menghasilkan warna yang seragam atau perubahan warna bertahap, sedangkan suasana anaerobik/reduktif membawa pada pola warna yang menyerupai bercak totol-totol atau warna yang terkonsentrasi.
Tanah dalam konteks kajian geografis adalah tanah sebagaii tubuh alam yang menyelimuti permukaan bumi dengan berbagai sifat dan perwatakannya yang khas dalam hal proses pemnbentukan, keterpadapatan, dinamika dari waktu ke waktu , serta manfaatnya bagi kehidupan manusia. Semua orang yang hidup di permukaan bumi telah mengenal wujud tanah, akan tetapi bnyaknya ragam tanah, sifat persebaran tanah yang khas di permukaan bumi, serta ragam pemanfaatannya menjadikan tanah sebagai obyek yang besar. Tanah adalah tubuh alam gembur yang menyelimuti sebagian besar permukaan bumi dan mempunyai sifat dan karakteristik fisik,kimia,biologi,serta morfologi yang khas sebagai akibat dari serangan panjang tanah tidak sama dengan kurun waktu pembentukan batuan .
Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh & berkembangnya perakaran penopang tegak tumbuhnya tanaman dan menyuplai kebutuhan air dan udara; secara kimiawi berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi (senyawa organik dan anorganik sederhana dan unsur-unsur esensial seperti: N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl); dan secara biologi berfungsi sebagai habitat biota (organisme) yang berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif (pemacu tumbuh, proteksi) bagi tanaman, yang ketiganya secara integral mampu menunjang produktivitas tanah untuk menghasilkan biomass dan produksi baik tanaman pangan, tanaman obat-obatan, industriperkebunan,maupunkehutanan.
Tanah terbentuk dari proses pelapukan batuan yang dibantu oleh organisme membentuk tekstur unik yang menutupi permukaan bumi. proses pembentukan tanah ini akan membentuk lapisan-lapisan yang menutupi seluruh permukaan bumi. lapisan-lapisan yang terbentuk memiliki tekstur yang berbeda dan setiap lapisan juka akan mencerminkan proses-proses fisika, kimia dan biologi yang telah terjadi selama proses pembentukannya. Hans Jenny (1899-1992), seorang pakar tanah asal Swiss yang bekerja di Amerika Serikat, menyebutkan bahwa tanah terbentuk dari bahan induk yang telah mengalami modifikasi/pelapukan akibat dinamika faktor iklim, organisme (termasuk manusia), dan relief permukaan bumi (topografi) seiring dengan berjalannya waktu. Berdasarkan dinamika kelima faktor tersebut terbentuklah berbagai jenis tanah dan dapat dilakukan klasifikasi tanah.
Struktur tanah merupakan karakteristik fisik tanah yang terbentuk dari komposisi antara agregat (butir) tanah dan ruang antaragregat. Tanah tersusun dari tiga fase: fase padatan, fase cair, dan fase gas. Fasa cair dan gas mengisi ruang antaragregat. Struktur tanah tergantung dari imbangan ketiga faktor penyusun ini. Ruang antaragregat disebut sebagai porus (jamak pori). Struktur tanah baik bagi perakaran apabila pori berukuran besar (makropori) terisi udara dan pori berukuran kecil (mikropori) terisi air. Tanah yang gembur (sarang) memiliki agregat yang cukup besar dengan makropori dan mikropori yang seimbang. Tanah menjadi semakin liat apabila berlebihan lempung sehingga kekurangan makropori.
Tubuh tanah terbentuk dari campuran bahan organik dan mineral. Tanah non-organik atau tanah mineral terbentuk dari batuan sehingga ia mengandung mineral. Sebaliknya, tanah organik terbentuk dari pemadatan terhadap bahan organik yang terdegradasi.
Tanah organik mempunyai warna yang gelap (hitam) dan merupakan pembentuk utama dari lahan gambut. Tanah organik ini akan terus mengalami proses panjang selama ratusan tahun untuk menjadi batu bara. Tanah organik cenderung memiliki keasaman tinggi karena mengandung beberapa asam organik hasil dekomposisi berbagai bahan organik. Tanah ini biasanya memiliki kandungan mineral yang rendah. Pasokan mineral yang bisa didapat oleh tanah organilk yaitu berasal dari aliran air atau hasil dekomposisi jaringan makhluk hidup. Tanah organik dapat ditanami karena memiliki sifat fisik gembur sehingga mampu menyimpan cukup air. Namun karena memiliki keasaman yang tinggi sebagian besar tanaman yang menggunakan media tanah ini tidak bisa tumbuh secara maksimal.
Tanah non-organik didominasi oleh mineral. Mineral ini membentuk partikel pembentuk tanah. Tekstur tanah demikian ditentukan oleh komposisi tiga partikel pembentuk tanah: pasir, lanau (debu),dan lempung.
Dari segi warna, tanah memiliki variasai warna yang sangat beragam mulai dari hitam kelam, coklat, merah bata, jingga, kuning, hingga putih. Selain itu tanah juga memiliki perbedaan warna yang sangat kontras pada setiap lapisannya sebagai akibat proses kimia. Tanah yang memiliki warna yang gelap merupakan ciri yang biasanya menandakan bahwa tanah tersebut mengandung bahan organik yang sangan tinggi. Warna gelap juga dapat disebabkan oleh kehadiran mangan,belerang, dan nitrogen.Warna tanah kemerahan atau kekuningan biasanya disebabkan kandungan besi teroksidasi yang tinggi; warna yang berbeda terjadi karena pengaruh kondisi proses kimia pembentukannya. Suasana aerobik/oksidatif menghasilkan warna yang seragam atau perubahan warna bertahap, sedangkan suasana anaerobik/reduktif membawa pada pola warna yang menyerupai bercak totol-totol atau warna yang terkonsentrasi.
Tanah dalam konteks kajian geografis adalah tanah sebagaii tubuh alam yang menyelimuti permukaan bumi dengan berbagai sifat dan perwatakannya yang khas dalam hal proses pemnbentukan, keterpadapatan, dinamika dari waktu ke waktu , serta manfaatnya bagi kehidupan manusia. Semua orang yang hidup di permukaan bumi telah mengenal wujud tanah, akan tetapi bnyaknya ragam tanah, sifat persebaran tanah yang khas di permukaan bumi, serta ragam pemanfaatannya menjadikan tanah sebagai obyek yang besar. Tanah adalah tubuh alam gembur yang menyelimuti sebagian besar permukaan bumi dan mempunyai sifat dan karakteristik fisik,kimia,biologi,serta morfologi yang khas sebagai akibat dari serangan panjang tanah tidak sama dengan kurun waktu pembentukan batuan .
2.2.
Klasifikasi Tanah
(Dudal
dan Supraptoharjo 1957, 1961 dan Pusat Penelitian Tanah(PPT)–Bogor 1982).Sistem
klasifikasi tanah yang dibuat oleh Pusat Penelitian Tanah (PPT) Bogor tahun
1982 merupakan pengembangan dan modifikasi dari sistem klasifikasi tanah yang
dibuat oleh Dudal Dan Supraptoharjo tahun 1957 dan 1961. Sistem yang dibuat
oleh Dudal dan Supraptoharjo digunakan untuk keperluan survey tanah di
Indonesia. Sistem ini mirip dengan sistem klasifikasi Amerika Serikat tahun
1937 serta sistem Thorp dan Smith tahun 1949. Modifikasi sistem klasifikasi
tanah Indonesia juga dilakukan setelah dikeluarkannya sistem klasifikasi tanah
FAO/UNESCO pada tahun 1974.Dasar-dasar klasifikasi tanah yang dibuat oleh Dudal
dan Supraptoharjo adalah:
(1) Morfologi tanah merupakan
kriteria untuk pengklasifikasian tanah,
(2) klasifikasi tanah dilakukan pada
kategori yang berbeda-beda,
(3) klasifikasi tanah harus
dikaitkan dengan keperluan survey tanah dan
(4) dilakukannya korelasi yang
sistematik dan berkelanjutan antara klasifikasi tanah dan survey tanah.
Pada
sistem klasifikasi tanah tahun 1957 terdapat 13 tanah dan 1961 terdapat 19
jenis tanah di Indonesia. Tanah dibedakan atasada atau tidaknya terjadi
perkembangan profil tanah, susunan horison utama, berdasarkan warna, dan
sifat fisik utama tanah (tekstur)
pada kedalam ± 50 cm. Kategori yang digunakan adalah (1) Golongan, (2)
Kumpulan, (3) Jenis, (4) Macam, (5) Rupa dan (6) Seri.
Jenis tanah menurut Dudal dan
Suparaptoharjo (1957) terdiri dari:
1. Latosol
Adalah
tanah yang telah mengalami pelapukan lanjut dengan kandungan bahan organik,
mineral primer dan unsur hara rendah, bereaksi masam (pH 4.5 –5.5), terjadi
akumulasi seskuioksida, tanah berwarna merah, coklat kemerahan hingga coklat
kekuningan ataukuning. Tanah terdapat mulai dari daerah pantai hingga 900 m
dengan curah hujan antara 2500 –7000 mm per tahun.
2. Andosol
Adalah
tanah yang berwarna hitam sampai coklat tua dengan kandungan bahan organik
tinggi, remah dan porous, licin (smeary) dan reaksi tanah antara 4.5 –6.5.
Horison bawah.permukaan berwarna coklat sampai coklat kekuningan dan kadang
dijumpai padas tipis akibat semenatsi silika. Tanah ini dijumpai pada daerah
dengan bahan induk vulkanis mulai dari pinggiran pantai sampai 3000 m diatas
permukaan laut dengan curah hujan yang tinggi serta suhu rendah pada daerah
dataran tinggi.
3. Podsolik
Merah Kuning:
Merupakan tanah sangat tercuci yang berwarna abu-abu muda
sampai kekuningan pada horison permukaan sedang lapisan bawah berwarna merah
atau kuning dengan kadar bahan organik dan kejenuhan basa yang rendah serta
reaksi tanah yang masam sampai sangat masam (pH 4.2 – 4.8). Pada
horison bawah permukaan terjadi akumulasi liat dengan struktur tanah
gumpaldengan permeabilitas rendah. Tanah mempunyai bahan induk batu endapan bersilika,
napal, batu pasir dan batu liat. Tanah
ini dijumpai pada ketinggian antara 50 – 350 m dengan curah hujan antara
2500 – 3500 mm/tahun.
4. Mediteran
Merah Kuning:
Merupakan
tanah yang berkembang dari bahan induk batu kapur dengan kadar bahan organik
rendah, kejenuhan basa sedang sampai tinggi, tekstur berat dengan
struktur tanah gumpal, reaksi tanah dari agam masam sampai sedikit alkalis (pH
6.0 – 7.5). Dijumpai pada daerah mulai dari muka laut sampai
400 m pada iklim tropis basah dengan bulan kering nyata dan curah hujan tahunan
antara 800 – 2500 mm.
5. Regur:
Merupakan tanah yang berwarna kelabu tua sampai hitam,
kadar bahan organik rendah, tekstur liat berat, reaksi tanah netral sampai
alkalis. Tanah akan retak-retak jika kering dan lekat jika basah. Bahan induk
tanah dari marl, shale (napal), berkapur, endapan alluvial atau volkanik.
Ditemukan mulai dari muka laut sampai 200 m dengan iklim tropis basah sampai
subtropics dengan curah hujan tahunan antara 800 – 2000 mm.
6. Podsol:
Merupakan tanah dengan bahan organik cukup tinggi yang
terdapat diatas lapisan berpasir yang mengalami pencucian dan berawrna
kelabu pucat atau terang. Dibawah horison berpasir terdapat horison iluviasi
berwarna coklat tua sampai kemerahan akibat adanya iluviasi bahan organik
dengan oksida besi dan alumunium. Tanah ini berkembang dari bahan induk
endapan yang mengandung silika , batu pasir atau tufa volkanik masam. Tanah
dijumpai mulai dari permukaan laut sampai 2000 m dengan curah hujan 2500 – 3500
mm/tahun.
7. Tanah
Sawah:
Disebut juga sebagai ‘paddy soil’ yang mempunyai horison
permukaan
berwarna pucat karena terjadi
reduksi Fe dan Mn akibat genangan air sawah. Senyawa Fe dan Mn akan mengendap
dibawah lapisan reduski dan membentuk konkresi dan horison agak memadas. Sifat
tanah sawah beragam tergantung dari bahan induk penyusunnya. Oleh sebab
itu istilah tanah sawah tidak digunakan lagi pada sistem klasifikasi tanah
selanjutnya. Klasifikasi Tanah Indonesia Dian Fiantis (2012) 159
8. Hidrosol:
Merupakan
tanah yang banyak dipengaruhi oleh kadar air tanah. Nama Hidrosol terlalu umum
maka nama ini tidak lagi digunakan. Tanah yang termasuk Hidrosol ini dapat
dibedakan atas glei humus, hidromorf kelabu,
planosol, glei humus rendah dan laterit air tanah . Dasar pembeda
dari jenis-jenis tanah ini adalah tinggi rendahnya kadar air tanah.
9. Calcisol:
Merupakan nama kelompok tanah yang kaya akan kalsium.
Tanah dapat dibedakan menjadi: rendzina,
brown forest soil, mediteran kalsimorfik.
10. Regosol:
Merupakan
tanah muda yang berkembang dari bahan induk lepas (unconsolidated) yang bukan
dari bahan endapan alluvial dengan perkembangan profil tanah lemah atau tanpa
perkembangan profil tanah.
11. Litosol:
Merupakan tanah yang dangkal yang berkembang diatas batuan
keras dan belum mengalami perkembangan profil akibat dari erosi. Dijumpai pada
daerah dengan lereng yang curam.
12. Aluvial:
Merupakan tanah yang berasal dari endapan alluvial atau
koluvial muda dengan perkembangan profil tanah lemah sampai tidak ada.
Sifat tanah beragam tergantung dari bahan induk yang diendapkannya serta
penyebarannya tidak dipengaruhi oleh ketinggian maupun iklim.
13. Tanah
Organik:
Merupakan tanah dengan kadar bahan organik tinggi dan
lapisan gambut yang tebal. Tanah jenuh air sepanjang tahun dengan reaksi tanah
masam, dranase sangat buruk dan curah hujan yang tinggi. Pusat Penelitian Tanah
(PPT) Bogor melakukan penyempurnaan sistem klasifikasi tanah Dudal dan
Suparaptoharjo tersebut pada tahun 1982. Pada modifikasi ini terdapat
pengaruh dari sistem FAO/UNESCO. Perbaikan yang dilakukan seperti tidak
digunakannya warna tanah sebagai kriteria penciri pada kategori Macam. Ini
dikarenakan warna tanah tidak memperlihatkan sifat lain yang nyata dari tanah.
Terjadi juga perubahan nama tanah dari Regur menjadi Grumosol, Podsolik Merah
Kuning menjadi Podsolik, Hidrosol dan Tanah Sawah dihilangkan dalam sistem
klasifikasi tanah. Dalam sistem klasifikasi tanah PPT-Bogor dikenal 20 golongan
tanah yaitu:
1. Organosol
Merupakan tanah yang mempunyai horison histik setebal 50 cm
atau lebih dengan bulk density (berat volume) yang rendah. Morfologi dan
Klasifikasi Tanah Jurusan Tanah Faperta Unand 160
2.
Litosol
Merupakan tanah yang dangkal yang terdapat pada batuan yang
kukuh sampai kedalaman 20 cm dari permukaan tanah.
3.
Ranker:
Merupakan tanah dengan horison A umbrik dengan ketebalan 25
cm dan tidak mempunyai horison daignostik lainnya
4. Rendzina
Merupakan tanah dengan horison A molik yang terdapat diatas
batu kapur dengan kadar kalsium karbonat lebih dari 40 persen.
5. Grumosol
Merupakan tanah dengan kadar liat lebih dari 30 persen,
bersifat mengembang jika basah dan retak-retak jika kering. Retak (crack)
dengan lebar 1 cm dan dengan kedalaman retak hingga 50 cm dan dijumpai gilgai
atau struktur membaji pada kedalaman antara 25 – 125 cm dari
permukaan.
6. Gleisol
Merupakan tanah yang memperlihatkan sifat hidromorfik pada
kedalaman 0 – 50 cm dari permukaan dan dijumpai horison histik,
umbrik, molik, kalsik atau gipsik.
7. Aluvial
Merupakan tanah yang berkembang dari bahan induk alluvial
muda, terdapat stratifikasi dengan kadar C organik yang tidak teratur. Horison
permukaan dapat berupa horison A okrik, horison histik atau sulfuric.
8. Regosol
Merupakan tanah yang bertekstur kasar dari bahan albik dan
tidak dijumpai horison penciri lainnya kecuali okrik, hostol atau sulfuric
dengan kadar pasir kurang dari 60 persen
pada kedalaman antara 25 – 100 cm dari permukaan tanah.
9. Koluvial
Merupakan tanah yang tidak bertekstur kasar dari bahan
albik, tidak mempunyai horison diagnostik lainnya kecuali horison A umbrik,
histik atau sulfurik.
10. Arenosol
Merupakan tanah yang bertekstur kasar dari bahan albik yang
terdapat pada kedalaman kurang dari 50 cm dari permukaan tanah dan hanya
mempunyai horison A okrik.
11. Andosol
Merupakan tanah yang berwarna hitam sampai coklat tua dengan
kandungan bahan organik tinggi, remah dan porous, licin (smeary) dan
reaksi tanah antara 4.5 – 6.5. Horison bawah-permukaan
berwarna coklat sampai coklat kekuningan dan kadang dijumpai padas tipis akibat
semenatsi silika. Horison A dapat terdiri dari molik atau umbrik yang terdapat
diatas horison kambik. Cri lainnya adalah BV rendah (< 85 g/cm3).
Klasifikasi Tanah Indonesia Dian Fiantis (2012) 161 dan kompleks pertukaran didominasi oleh bahan amorf. Tanah
ini dijumpai pada daerah dengan bahan induk vulkanis mulai dari pinggiran
pantai sampai 3000 m diatas permukaan laut dengan curah hujan yang tinggi
serta suhu rendah pada daerah dataran tinggi.
12. Latosol
Merupakan tanah yang mempunyai distribusi kadar liat tinggi
(>60%), KB < 50%, horison A umbrik dan horison B kambik.
13. Brunizem
Merupakan tanah yang mempunyai distribusi kadar liat tinggi
(>60%), gembur, KB > 50%, horison A molik dan horison B kambik.
14. Kambisol
Merupakan tanah yang mempunyai horison B kambik dan horison
A umbrik atau molik, tidak terdapat gejala hidromorfik.
15. Nitosol
Merupakan tanah yang mempunyai horison B argilik dengan
penurunan liat kurang dari 20% terhadap liat maksimum, tidak ada plintit, tidak
mempunyai sifat vertik tetapi mempunyai sifat ortoksik (KTK dengan
amoniumasetat < 24 cmpl/kg liat).
16. Podsolik
Merupakan tanah yang mempunyai horison B argilik, kejenuhan
basa < 50% dan tidak mempunyai horison albik.
17. Mediteran
Merupakan tanah yang mempunyai horison argilik dengan
kejenuhan basa > 50% dan tidak mempunyai horison albik.
18. Planosol
Merupakan tanah yang mempunyai horisol E albik yang terletak
diatas horison argilik atau natrik, perubahan tekstur nyata, adanya liat berat
atau fragipan di dalam kedalam 125 cm. Pada horison E albik dijumpai cirri
hidromorfik.
19. Podsol
Merupakan tanah yang mempunyai horison B spodik.
20. Oksisol
Merupakan tanah yang mempunyai horison B oksik
2.3.
Sumber Pencemaran Tanah
Tanah merupakan sumber vital bagi kehidupan dan menjadi
tempat hidup manusia. Pencemaran tanah pada dasarnya dihasilkan dari adanya
campur tangan manusia yang berlebihan dalam menggunakan tanah. Pencemaran tanah
terjadi akibat masuknya bahan pencemar berbentuk padat dan cair ke dalam tanah
yang merusak komponen asli tanah.
Secara alamiah, tanah
hanya bisa tercemar oleh mekanisme erosi namun dapat diimbangi oleh proses
pelapukan produk alami dan pembentukan tanah baru. Perbedaan kualitas tanah
pada umumnya dinilai dari kondisi lapisan humus hasil pelapukan dan pembusukan
sisa-sisa organisme tanaman di bagian permukaan tanah. Semakin bervariasi
mahluk hidup di dalam tanah maka semakin berkualitas tanah tersebut.
Masalah akan muncul
bila tanah mengalami pencemaran sehingga komposisi pembentuk alaminya menjadi
berubah dan merugikan mahluk yang hidup di dalamnya. Pencemaran tanah dapat
dikategorikan menjadi tiga jenis yaitu:
a. Pencemaran langsung
Pencemaran in bisa terjadi akibat beberapa kegiatan berikut seperti
penggunaan pestisida, pupuk dan kegiatan pertanian lain. Pembuangan limbah
seperti oli bekas, merkuri, sisa detergen dan sampah industri juga menjadi
sarana pencemaran tanah secara langsung. Sampah plastik, kaleng, batu baterai
yang mengandung logam berat juga dapat menghalangi siklus biokimia di dalam
tanah.
b. Pencemaran tidak langsung
Contohnya air yang sebelumya mengandung polutan dari pabrik
dialirkan ke dalam tanah. Selain itu sampah logam yang dibuang ke dalam tanah
suatu saat akan tersiram hujan sehingga mengubah logam menjadi korosif sehingga
larutan korosif akan hanyut dan masuk ke dalam tanah.
c. Penemaran melalui udara
Hal ini dipicu oleh hujan asam yang mengandung
senyawa-senyawa polutan yang membentuk asam nitrat dan asam sulfat. Hujan ini
akan mengganggu kestabilan ekosistem tanah atau pH tanah menjadi asam
sehingga akar-akar tumbuhan akan sulit menyerap unsur hara tanah.
Secara umum sumber pencemaran tanah dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Bahan buatan atau bahan polimer, misalkan
adanya penggunaan plastik berlebihan, sterofoam yang dibuang sembarangan
merupakan masalah tersendiri karena sulit terurai.
2. Pupuk buatan yang digunakan berlebihan akan
merusak dan mengganggu kestabilan tanah sehingga rawan menjadi tanah kritis.
3. Limbah yang dibuang sembarangan ke
tanah.
2.4. Dampak Pencemaran Tanah dan Penanggulangannya
1. Dampak
Pencemaran Tanah
Pencemaran tanah memiliki dampak yang
berbahaya bagi makhluk hidup, mulai dari segi kesehatan hingga lingkungan.
Toksin yang dilepaskan oleh polutan di tanah dapat berinteraksi dengan
ekosistem, baik secara langsung maupun tidak langsung. Contohnya polutan tanah
yang mencemari air kemudian memengaruhi ekosistem perairan. Berikut ini adalah
beberapa dampak pencemaran tanah dari segi kesehatan dan lingkungan.
- Kesehatan
Pencemaran tanah menimbulkan
berbagai macam masalah kesehatan pada manusia, di antaranya:
- Kanker – Kebanyakan polutan tanah mengandung zat karsinogenik yang dapat menyebabkan kanker, seperti logam berat.
- Kerusakan Organ – Hal ini juga disebabkan oleh zat polutan tanah yang berbahaya. Salah satu contohnya seperti kerusakan ginjal yang disebabkan oleh merkuri.
·
Bioakumulasi – Bioakumulasi
dapat terjadi apabila manusia memakan daging/sayur yang telah terpapar polutan
tanah. Kita harus mewaspadai hal ini karena berujung pada penyakit kronis laten
(tidak disadari). Polutan menyebabkan penyakit (sumber: The Wellness Network)
2. Lingkungan
Efek pencemaran tanah terhadap
lingkungan dapat mengakibatkan kerusakan ekosistem. Beberapa dampak lingkungan
yang disebabkan oleh pencemaran tanah ialah;
- Hilangnya Keanekaragaman Hayati – Paparan polutan yang berbahaya dapat mematikan sejumlah jenis tanaman atau hewan sehingga terjadi kelangkaan spesies.
- Menurunkan Kesuburan Tanah – Hilangnya biota-biota atau mikroflora tanah dapat menyebabkan tanah menjadi tidak subur seperti sedia kala.
- Perubahan Struktur Tanah – Struktur tanah dapat mengalami perubahan apabila terdapat polutan yang mematikan komponen penting dalam tanah.
2.5.
Pengendalian
1. Menghindari
Aktivitas Pertanian yang Berlebihan
Aktivitas pertanian seperti
menanam dan pencabutan rumput yang berlebihan dapat mengakibatkan banjir dan
erosi tanah.
2. Mengurangi
“Waste Footprint” Manusia
“Waste Footprint” yang
kita hasilkan dapat berupa sampah plastik, materi yang sulut
terurai, kotoran, dsb. Materi-materi tersebut dapat terakumulasi di tanah dan
menjadi polutan yang berbahaya. Kita dapat mengurangi “Waste Footprint” dengan
cara melakukan 3R yaitu Reuse, Reduce, dan Recycle.
3. Pencucian
Tanah
Pencucian tanah bertujuan untuk
menghilangkan kontaminan yang ada di dalam tanah. Cara pengelolaan ini
menggunakan air untuk membersihkan tanah dan memisahkan tanah yang
terkontaminasi. Metode ini memungkinkan manusia untuk mengurangi pencemaran
tanpa harus melakukan penggalian tanah. Pencucian pasir dan tanah bekas
industri tambang (sumber: Fakta Banten).
4. Bioremediasi
Metode pengelolaan ini
menggunakan mikroorganisme untuk mengurangi kontaminan dan
mengembalikan kesuburan tanah. Cara ini merupakan pengelolaan pencemaran tanah
yang terjadi secara alami. Namun, bioremediasi juga tetap membutuhkan temperatur
yang sesuai, nutrisi, dan oksigen di dalam tanah.
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Tanah
adalah bagian yang terdapat pada kerak bumi yang tersusun atas mineral dan
bahan organik. Tanah merupakan salah satu penunjang yang membantu kehidupan semua
mahluk hidup yang ada di bumi. Tanah terdiri dari beberapa klasifikasi yaitu
:latosol, andosol, podsolik merah kuning, mediteran merah kuning, regur,
podsol, Tanah sawah, Hidrosol,
Calcisol,regosol ,Litosol ,Alufial ,Tanah organic. Pencemaran tanah terbagi
menjdi tiga yaitu :Pencemaran langsung,Pencemaran tidak langsung, Pencemaran
melalui udara. Dampak yang ditimbulkan oleh tanah yaitu :
1.Kesehatan
a.
Kanker – Kebanyakan polutan tanah mengandung zat karsinogenik yang dapat
menyebabkan kanker, seperti logam berat.
b.
kerusakan organ
c.
biokumulasi
2.Lingkungan
a.
Hilangnya Keanekaragaman Hayati
b.
Menurunkan Kesuburan Tanah
c.
Perubahan Struktur Tanah
Sedangkan cara
pengendalian pencemaran tanah yaitu :Menghindari
Aktivitas Pertanian yang Berlebihan , Mengurangi “Waste Footprint” Manusia , Pencucian Tanah dan Bioremediasi
3.2.
Saran
Makalah ini dapat dijadikan sebagai
dasar untuk untuk memahami fisiologi tumbuhan lebih dalam lagi terutama
mengenai tanah.
DAFTAR PUSTAKA
Hadi Utomo, W. 1982. Dasar-Dasr
Fisika Tanah. Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya:
Malang
Soepardi,Goeswono. 1983. Sifat
dan Ciri Tanah. Bogor: Institut Pertanian Bogor
Suwardi,dkk. 2000. Morfologi
dan Klasifikasi Tanah. Bogor:Institut Pertanian
Bogor
Agroteknologi UMPAR. 20112. Segitiga
Tekstur Tanah. www.agrotekumpar.blogspot.com
Aisyah, Ayu. 2012. Tekstur
Tanah. www.lilinkecil1610.blogspot.com
Anonim.2012.Air Tanah.www.wikipedia.com.23
September 2012
Dr. Ir. Madjid ,Abdul, MS. 2009. Sifat
Fisika Tanah. www.dasar2ilmutanah.
blogspot.com. 9 September 2012
Hairil. 2012. Tekstur tanah.
http://taeki29.blogspot.com/2010/03/struktur-
tanah.html
Siagian, Prasetyo. 2011.Tekstur
Tanah.www.prasetyosiagian.blogspot.com.21
September 2012
0 Response to "Pencemaran Tanah"
Post a Comment